Sertifikasi Berkelanjutan Masih Jadi Persoalan Petani Kopi di Lampung

Bandar Lampung – Salah satu kendala yang dialami para petani kopi adalah tentang sertifikasi berkelanjutan. Padahal hal tersebut penting agar perkebunan kopi tidak berhenti pada jangka pendek.

<--Jason In the box-->

Demikianlah diungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin saat menjadi pembicara pada Acara Apresiasi 150 Tahun Nestle di Panjang, Bandar Lampung, Sabtu (3/12/2016).

“Sebagian petani kopi di Indonesia sudah mengenal prinsip-prinsip keberlanjutan kopi, namun sebagian besar lainnya belum. Masih banyak dari mereka yang tidak paham tentang sertifikasi berkelanjutan,” terangnya.

Untuk itu, sangat diperlukan berbagai pihak untuk mendorong agar pengetahuan tersebut sampai ke petani. Baik itu pemerintah, kalangan dunia usaha, akademisi dan lainnya.

“Sinergi program yang lebih baik serta kemitraan antar petani, dunia usaha, pemerintah dan akademisi masih amat dibutuhkan untuk meningkatkan keberlanjutan agribisnis kopi dan komoditas pertanian lainnya dan untuk masa depan yang lebih baik,” paparnya.

Skema kemitraan yang dimaksud contohnya adalah Creating Shared Value (CSV) atau menciptakan manfaat bersama. Skema ini tidak berupa penyaluran dana secara cuma-cuma kepada petani atau yang sering dikenal dengan nama Corporate and Social Responsibility (CSR).

“Kemitraan ini bukan CSR tapi CSV. Ini skema sejak 2011,” ujarnya.

Dalam skema tersebut yang sangat dibutuhkan adalah komitmen. Keberhasilannya akan mampu mendorong kesejahteraan para petani. Sehingga mampu untuk mendorong penciptaan produk berkualitas.

“Kalau petani miskin, yang maju Nestle saja nggak akan berkelanjutan. Makanya petani harus disejahterakan, produknya bagus maka perusahaan seperti Nestle juga ikut maju. Semua dapat manfaat. Itu logikanya,” pungkasnya. (mkl/ang)

Maikel Jefriando – detikFinance

Foto: Rachman Haryanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *